Sikap Biden hingga Raja Salman soal Taliban di Afghanistan
Jakarta, CNBC Indonesia - Taliban resmi menguasai kembali Afghanistan sejak awal pekan ini. Kelompok tersebut berhasil menduduki Kabul seiring dengan larinya presiden sebelumnya, Ashraf Ghani ke Tajikistan, Minggu (15/8/2021).
Ini merupakan kebangkitan Taliban yang pertama setelah 20 tahun. Taliban terakhir menguasai Afghanistan tahun 2001, jatuh setelah serangan Amerika Serikat (AS) akibat peristiwa 9 September di tahun yang sama.
Posisi kelompok itu semakin kuat pasca keputusan AS membawa pulang kembali tentaranya per 31 Januari ini. Kembalinya Afghanistan ke tangan Taliban, membuat sejumlah pihak berkomentar, termasuk AS sendiri, dan beberapa negara kuat lain di kawasan seperti China, Rusia bahkan Arab Saudi.
Presiden AS Joe Biden buka suara soal situasi di Afghanistan Senin (16/8/2021) sore waktu setempat. Ia menegaskan keputusan penarikan tentara yang ia lakukan adalah benar, di tengah kritik pedas yang dilayangkan kepadanya.
Ia menyalahkan pemimpin politik Afghanistan atas kekacauan yang terjadi, termasuk jatuhnya Kabul ke tangan Taliban. Apalagi dengan larinya para pemimpin politik dari negara itu dengan keengganan tentara pemerintah memerangi kelompok Taliban.
Ia juga mengkritik mantan Presiden Donald Trump dan menyebut kebijakannya-lah yang membuat Taliban bangkit. Trump kata dia, memberdayakan Taliban dan meninggalkan kelompok itu di posisi terkuat sejak 2001.
"Saya berdiri tegak pada apa yang telah saya putuskan," kata Biden dalam pidatonya di Gedung Putih.
"Setelah 20 tahun saya belajar dengan cara sulit, bahwa tidak pernah ada waktu yang tepat untuk menarik pasukan AS. Itu sebabnya kami masih berada di sana."
"Para pemimpin politik Afghanistan menyerah dan melarikan diri dari negara itu. Militer Afghanistan menyerah, tanpa berusaha untuk melawan."
Dalam kesempatan yang sama Biden juga menyindir China dan Rusia. Menurutnya makin lama AS terlibat di perang Afghanistan, hal itu akan makin menguntungkan China dan Rusia.
"Pesaing strategis sejati kami, China dan Rusia tidak akan menyukai apa pun selain AS terus menyalurkan miliaran dolar dalam sumber daya dan perhatian dalam menstabilkan Afghanistan tanpa batas waktu," kata Biden.
AS sendiri telah mengevakuasai warganya di negeri tersebut. Bukan hanya AS langkah serupa juga dilakukan sejumlah negara, termasuk dengan menutup kedutaan, karena situasi yang tidak kondusif di Afghanistan.
Sementara itu, China dan Jepang membuat langkah berbeda.
Halaman 2>>
0 Response to "Sikap Biden hingga Raja Salman soal Taliban di Afghanistan"
Post a Comment